Selasa, 12 Juni 2012

MAKALAH MORFOLOGI


BAB I PENDAHULUAN

1.1  latar Belakang
linguistik atau ilmu bahasa ilmu yang mempelajari bentuk bahasa dalam pengertian bahasa bali dikatakan linguistik sebagai "widya sane malajahin indik sekancan soroh basa" linguistik ini juga meliputi linguistik bahasa baliyang didalamnya mencakup "morfology Bahasa Bali". dalam istilah morfology dalam Bahasa Bali pada tataran linguistik dikemas lagi menjadi morfem, morfofonemik dan morfologis.
intinya, ilmu bahasa yang khusus mempelajari susunan bentuk atau struktur kata-kata bahasa Bali diistilahkan morfologi Bahasa Bali.
Pembagian  linguistik bahasa Bali meliputi :
a. fonolgi(tata bunyi atau widya tata bunyi), b. morfologi(tata bentuk kata atau widya tata wangun kruna), c. sintaksis(tata kalimat atau widya tata lengkara), d. semantik(tata arti atau widya artin kruna), e, etimologi(asal kata atau widya wit kruna), f. leksikografi(kosakata bahasa bali atau kosabasa)
Dalam  makalah ini penulis lebih lanjut akan membahas tentang pengertian morfologi, pengertian morfem, jenis -jenis morfem beserta contohnya.
 
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. apakah pengertian morfologi dan pengertian morfem
b. apa saja jenis-jenis morfem

1.3 tujuan
untuk mengetahui pengertian morfologi dan morfem dan untuk mengetahui jenis-jenis morfem.


 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Morfologi
Morfologi berasal dari bahasa inggris morphology yang terdiri dari kata Morpheme + logos. Morph artinya bentuk, logos artinya ilmu. Dalam morfologi meliputi unsure morfem ( termasuk morfem terikat dan morfem bebas) dan morfo-fonemik.
Jadi morfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk-bentuk kata dan pembentukan kata.Pengertian  Morfologi dalam bahasa bali adalah ilmu yang mempelajari tentang morfem yang terdapat dalam seluruh bahasa Bali. Maksudnya disini semua hal-hal yang dipelajari berkaitan dengan bentuk kata dan susunan kata serta perubahan-perubahan dalam sebuah kata.
Adapun pengertian moroflogi dikemukakan oleh beberapa pakar bahasa diantaranya seperti:
Abdul chaer dalam buku morfologi bahasa Indonesia menerangan bahwa moroflogi adalah ilmu mengenai bentuk dan pembentukan kata.
Menurut hari murti kridalaksana dalam buku pembentukan ata dalam bahasa Indonesia bahwa morfologi adalah dapat dipandang sebagai ilmu yang mencakup kata, bagian-bagian kata dan keadian kata.
Masih banyak pakar mengemukakan, namun disini hanya dua pakar bahasa yang bisa disampaikan
Dalam penyampaian materi kali ini digunakan materi morfologi dengan materi pengertian morfem dan contohnya sebagai bahan pemblajaran tatap muka II
2.2 Pengertian Morfem
Morfem berasal dari kata morphe : bentuk dan ema : akhiran. Jadi morfem adalah kesatuan bunyi yang terkecil tetapi mempunyai arti dan tidak dapat diuraikan lagi.
Pengertian morfem menurut Husein Widjajakusuma (1976:6) adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai arti atau ikut mendukung arti. Dengan kata lain pengertian umum morfem adalah kesatuan bunyi yang kecil dn sudah mengandung arti serta tidak dapat diuraikan lagi.
Sebuah morfem dalam bahasa bali dapat dirinci susunannya terdiri atas morfem terikat berupa V,K,KV,KKV,KVV dan morfem bebas ( morfem pangkal, morfem unik,kata dasar, bentuk tunggal).

2.3Jenis morfem dapat dibagi menjadi dua yaitu:
A.   Morfem Bebas
Morfem bebas dapat berupa kata dasar yakni kata-kata yang belum memperoleh imbuhan tetapi sudah mengandung arti penuh pada waktu digunakan dalam pembicaraan atau penuturuan. Dengan kata lain morfem bebas adalah morfem dapat diucapkan secara tersendiri.
Contoh: morfem bebas
Dueg, sukla, lempag, labuh, cempaka, nyoman, legu, telu, tegeh, sekaa, jaja, kenyel,ajeng dll
Morfem bebas ini dapat berupa 10 kata dasar (kruna lingga), baik kata benda (kruna aran), kata kerja(kruna kria), kata keadaan(kruna kahanan), kata bilangan(kruna wilangan), kata keterangan(kruna katerangan), kata sambung (kruna pangarep), kata sandang(kruna piteket) maupun kata seru(kruna panguduh)
Selain itu bentuk morfem bebas ini dapat diklasifikaskan susunannya terdiri atas 1,2,3,4,5 suku kata (wanda)
Contoh nah, don, beh                  à     1 wanda
           Ingka, jekjek, belog         à       2 wanda
                 Dakangan, sumaga           à    3 wanda
                    Duryudana, wewangsalanà     4 wanda, 
katimumulan, kalasasuanà    5 wanda 
B.    Morfem terikat
Morfem terikat ini dapat berupa morfem yang tidak dapat berdiri sendiri serta akan memiliki arti bilamana tekah digabungkan dengan bentuk lain dalam susunan pembicaraan dan penuturannya.
Jenis morfem terikat ada dua yaitu:
1.    Morfem terikat secara morfologis
Berarti bentuk morfem yang akan mempunyai arti bilamana sudah digabungkan dengan susunan morfem bebas bahasa bali yang lain. Morfem terikat secara morfologis dapat dinyatakan berupa dua macam yakni (1) berupa imbuhan (afiks) seperti: awalan/prefix(pengater), sisipan/infiks( seselan), akhiran/sufiks( pangiring) dan gabungan imbuhan/konfiks dan (2) nonafiks seperti juang, kecuh dll
2.    Morfem terikat secara sintaksis
Istilah morfem terikat secara sintaksis ini berarti: morfem berupa kata yang akan mempunyai arti bilamana sudah digabungkan dalam susunan kalimat bahasa bali.
Morfem terikat secara sintaksis in ada 2 yaitu:
a.    Kata sambung(kruna sambung)
Contonya antara lain: tekên, lan, miwah, krana, sawirêh, lawan, wiadin, tur, ajak dll
Contoh kalimat:
Kaki lan idadong madahar, ia milu ditu krana ia gelem
b.    Kata depan(kruna pangarep)
Luire: ka, ba, uli, di, ring,sig
Contoh: ia majalan ka badung, adine teka uli karangasem.
3.    Morfem Unik BB
Morfem unik ini belum mempunyai arti (makna) kecuali sudah digabungkan dengan kata yang sudah punya arti bentuk morfem unik BB ini dapat dilihat juga dalam bentuk kata majemuk.
Contoh: ngalik             àtegeh ngalik
             Têgrêk           àberag têgrêk
             Bungkem        àbelang bungkem
             Ngentak         àputih ngentak
             Bonot            à selem bonot
Bentuk morfem ini dapat juga dipelajari dalam pengertian kata majemuk setara(kruna satma sepadan). Kata majemuk setara yang mengeraskan arti.
4.    Morfem pangkal BB
Dijelaskan bahwa morfem pangkal merupakan bentuk-bentuk yang tidak pernah diucapkan berdiri sendiri. Oleh karena itu bentuk tersebut akan selalu terikat dengan morfem lainnya sehingga dapat berdiri sendiri. 
Contoh: bilbil, kipu, kituk, tingal, kecog, delik, laib dll.
Morfem pangkal ini belum punya arti penuh kecuali sudah digabungkan dengan imbuhan(wewehan) seperti baik awalan, sisipan, akhiran dan konfiks
Contoh ka-bilbil, ma-kipu, kitak-kituk, tingal-in, kacog-in-a, delik-in-a, ma-laib.
BAB III PENUTUP
A. simpulan
morfologi artinya ilmu yang mempelajari mengenai bentuk-bentuk kata dan pembentukan kata. dalam bahasa Balui diterangkan " widya sane malajahin indik wangun sakadi wangun kruna utawi wewangunan kruna" 
dengan ini berarti yang dipelajari dalam morfologi bahasa Bali adalah semua hal-hal yang berkaitan dengan bentuk kata serta perubahan-perubahannya dalam sebuah kata.
simpulannya: ialah morfologi Bahasa Bali adalah  widya sane malajahin indik parindik makasamian sane madue iketan sareng wangun kruna utawi susuanan kruna tur perubahan-perubahan ipun ring soroh kruna utawi susunan kruna miwah teges kruna.
B. saran
      Demikian pemaparan dari makalah ini, semoga bermanfaat bagi pembaca terutama untuk mengetahui tentang linguistik khususnya morfologi bahasa Bali. Tentu makalah ini jauh dari sempurna maka dari itu kami mohon pada pembaca untuk menyumbang kritik dan saran yang bersifat membangun.
                  
DAFTAR PUSTAKA 
1. Anom,I.G.K dan Suparka,IGK.1993. Tata Bahasa Bali Anyar.Denpasar. Upada Sastra
2. Bawa,I W 1977. Morfem Terikat Bahasa Bali. Denpasar: Faksas Unud
3.Denes,Made (dkk).1981. Morfologi Bahasa Bali. Jakarta: pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra.
4.Ramlan.1967.Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: UP. Indonesia Jaya


Rabu, 06 Juni 2012

puisi bali

Siwa Ratri; Tapa; Yoga; Samadhi (Djelantik Santha)

Dalam Puisi Bali di 5 Oktober, 2008 pada 3:23 pm
1. Siwa Ratri
Prawanining tilem kapitu
peteng sipeng kadi bulun petu
I Lubdaka ngepil jerih mati kutu
mamona ngepik-ngepik daun taru
nyiksik bulu tan lali madéwa ratu
éling dosa tan naen ngaturang caru
uleng maburu ngulurin sadripu
déning swadharmané mula iku
Hyang Siwa ngicén swarga maha ketu
sakatiling ambek sané patut tiru
anggén suluh naptap peteng pitu.
2. Tapa
Sang Sadu ipit tengah alas ramé
sipeng sepi tengah pasar ngipi
puser gumi jangih tengahing kidung
lampah laku sidi wakya sandi pari suda
yan durbudi dija-dija ngawé wéci
tapané tepu ogah ripu.
3. Yoga
Tungtung yasa guruning yoga
tungtung bhakti dasaring yoga
tungtung laksana karmaning yoga
yogia nututin kandaning yoga.
4. Samadhi
Bingung ngruruh puyung
gelar gelur tan pasaur
matajuh matimpuh tan kapangguh
makenta mamona taler sunia
kaja kelod kangin kauh tan patanggu
peteng lemah ngasah asih asuh
ring unteng Samadhi wénten Widi.
Dénpasar, Galungan, 23 Januari 2008

Kamis, 31 Mei 2012

siap selem

Ada tuturan satua siap selem ngelah panak pitung ukud, I Doglagan ane paling cenika. Ada kone Meng Kuuk maumah dadi anatah, masih ngelah panak enu cenik-cenik. Sai-sai I Kuuk ngae daya apang sida ia ngamah I Siap Selem, sabilang peteng ada nagih batisne, “Icang tendas Me, icang basangne Me, icang kibulne Me, icang kampidne Me, icang baongne Me.” Keto pada tetagihan panak-panakne I Kuuk, nagih ngamah I Siap Selem. Dadi mawanan ningeh I Siap Selem teken bakal kaamah, dadiannya ia ngalih upaya mangdene nyidayang matilar uli ditu.

Gelising crita panakne ane nemnem suba pada samah bulu kampidne, sakewala ane paling cenika dogen liglig reh tan pabulu. Suba kone inganan tengah lemeng, I Siap Selem matuturan teken panakne, “Nah cai-cai jani ajak makejang makeber abete sakaukud, matinggal uli dini. Yen enu pade nongos dini sinah amaha teken I Kuuk.”

Ditu lantas ane paling gedene nyumuin makeber, berber, burbur, suaak. Lantas matakon I Kuuk, “Ih Siap Badeng apa ento ulung?”
“Inggih, daun tingkih ipan”.
Buin makeber ane lenan, berber, burbur, suaak. “Siap Badeng apa ento ulung?”
“Daun tiing ipan.”
Makejang panakne suba makeber sakewala enu I Doglagan dogen. Dening ia tan pakampid dadi keweh pesan memenne, lantas kapituturin, “Cai dini kutang Meme, tan urungan cai lakar amaha teken I Kuuk. Nah ene pitutur Meme teken cai, yang di kadine cai bakal tagih amaha teken I Kuuk, kene abete masaut, “Inggih Jero Wayan ne mangkin kantun ben tiange belig, yang pungkuran sampun tiang gede makadi tumbuh kampid, irika ja becik ulam tiange daar jerone, keto abete masaut.”

Suba kone keto I Siap Selem makeber ninggal I Doglagan. Nu kone I Doglagan dogen pati sulsul kiak-kiak. Lantas kadingeh teken I Kuuk I Doglagan kiak-kiak padidiana.

”Kenken dadi I Olagan kauk-kauk padidiana, kija ya memenne? Beh ento jenenga ane ibi sanja orahanga don tiing, tingkih, timbul, ia jenenga makeber uli dini.”

Lantas nyagjag panak kuuke makejang nagih ngamah I Doglagan, rencananne nagih pakpaka.

”Ih Jero Wayan mangkin da tadaha tiang, ben tiange kari belig malih pahit. Pungkuran yan sampun tiang ageng, tumbuh kampid, rah tiange akeh, ri kala irika rarisang sapakayunan!”

Dadiannya kaidepang teken I Kuuk, kaingon kamelah-melahang. Critayang suba kone I Doglagan, bulunyane samah, janggarne janggar pulas, tlatahne lambih, lantas kema kone kuuke makejang nagih ngamah ia. “Inggih Jero Wayan, mangkin ja nyandang sampun tiang baksa, nanging wenten pisangken tiang ring jerone, keberang dumun tiang ping solas mangda sumbrah getih tiange becik ajengang jerone malih akeh keni. Ri sampune puput ping solas tiang makeber, rarisang sampun baksa titiang!”

Dadi tutut I Kuuk lantas kakebur-keburang I Doglagan. “Inggih Jero Wayan mangkin malih apisan batekang pisan ngeberang!” Lantas kasangetang ngeberang kanti tegeh, bur I Doglagan nambung ngalih meme nyamane di tengah bete. Enggang bungutne I Kuuk, kauk-kauk ngaukin memenne, “Kenken ja baan Meme, cai, nyai demen ngugu munyinne, jani awake payu kado, nah endepang deweke!”